Perhitunganbiaya produksi makanan awetan dari bahan nabati pada dasarnya sama dengan cara biaya produksi lainnya. Biaya yang harus dihitung adalah biaya investasi, biaya tetap (listrik, air, penyusutan alat/gedung, dll), serta biaya tidak tetap (bahan baku, tenaga kerja dan overhead).
Perhitungan biaya produksi makanan awetan berbahan asal nabati pada dasarnya setimbang saja dengan cara biaya produksi lainnya. Biaya nan harus dihitung ialah biaya investasi, biaya kukuh listrik, air, penyusutan alat maupun gedung, dan lain-enggak, serta biaya tidak tetap bahan baku, tenaga kerja dan overhead. Biaya sasaran resmi ialah biaya nan dikeluarkan n domestik membeli bahan resmi. Bahan konvensional dapat substansial bahan lumrah utama dan bulan-bulanan baku tambahan, serta bahan kemasan. Biaya produksi termasuk biaya fungsionaris. Jasa tenaga kerja ditetapkan sesuai ketangkasan yang dimiliki pekerja dan sesuai kesepakatan antara pelaku dan tuan usaha atau kesepakatan intern gerombolan kerja. Biaya produksi menentukan harga jual produk. Dalam menentukan harga jual pun harus memperhatikan modal dan biaya nan sudah lalu dikeluarkan untuk produksi. Penggarapan komoditas kesehatan membutuhkan peralatan dan mesin kerja. Biaya pembelian alat-alat kerja dihitung misal modal kerja. Biaya modal kerja akan terbayar dengan laba nan diperoleh dari hasil penjualan. Noktah impas atau Break Even Point yakni seluruh biaya modal yang sudah dikeluarkan sudah kembali. Setelah mencapai bintik impas, sebuah usaha akan mulai dapat menghitung keuntungan penjualan. Harga jual produk merupakan bilang harga nan dibebankan kepada pemakai yang dihitung berpokok biaya produksi dan biaya bukan di luar produksi sebagaimana biaya distribusi dan promosi. Biaya produksi adalah semua biaya yang harus dikeluarkan dalam terjadinya produksi barang. Unsur biaya produksi adalah biaya tenaga kerja, biaya bahan seremonial dan biaya overhead. Secara masyarakat biaya overhead dibedakan ke dalam Biaya overhead tetap, yakni biaya overhead yang jumlahnya tidak berubah meskipun jumlah produksinya berubah Biaya overhead laur, ialah biaya overhead yang jumlahnya berubah secara selevel bersesuaian dengan perubahan kuantitas produksi. Biaya yang tertulis intern biaya overhead adalah biaya listrik, bahan bakar minyak, dan biaya-biaya enggak nan dikeluarkan demi kondusif jalannya proses produksi, biaya pembelian bahan bakar petro, lawe, pencucuk, sabun atau pembersih cak bagi membersihkan bahan stereotip, lem serta bahan lainnya. Besaran biaya-biaya yang dikeluarkan tersebut menjadi Harga Pokok Produksi HPP. Berikut ini adalah hipotetis perincian harga untuk minuman aloevera. Diasumsikan kerumahtanggaan satu kelihatannya proses produksi akan diproduksi 500 mangkok lidah buaya katak, masing-masing berisi 240 gram lidah bicokok biji pelir dan kuah. Unsur Biaya Produksi Biaya Investasi Biaya Produksi Biaya Tetap Biaya Tak Tetap Perhitungan biaya produksi meliputi biaya pemodalan. Biaya tetap dan biaya tidak tetap atau variabel untuk lidah buaya boleh ditampilkan sebagai halnya di bawah ini. Ini bak sasaran pembelajaran jika akan menciptakan menjadikan perencanaan kewirausahaan jenis barang lainnya. 1. Investasi Alat dan Mesin Investasi alat dan mesin, yaitu pembelian perlengkapan gawai dan mesin produksi yang dibutuhkan buat proses produksi. Radas dan mesin produksi yang dibeli harus sesuai dengan kapasitas produksi, dan hal teknis lainnya, seperti ketersediaan daya listrik, dan lainnya. Plong proses produksi indra perasa buaya, alat dan mesin yang dibutuhkan adalah bak berikut. Grafik Pendanaan Alat dan Mesin Lidah Buaya No Jenis Alat Jumlah unit dalam mili Rp ∑ dalam mili Rp 1 Cup sealer manual 1 2 Pisau 5 20 100 3 Talenan 5 15 75 4 Baskom plastik 5 25 125 5 Panci Stainless Steel 2 300 600 6 Penyalai 1 600 600 7 Literan 2 20 40 8 Timbangan 1 200 200 9 pH Meter 1 400 400 10 Refraktometer 1 11 Perabot lainnya 1 pak 200 200 Besaran Rp Biaya Penyusutan / rembulan = total pendanaan / umur radas = bulan 84 2. Biaya Tidak teguh Variabel Biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan sesuai dengan jumlah produksi. Disini biaya tidak tetap dapat berubah sesuai jumlah produksinya. Biaya tidak tetap, umumnya meliputi biaya bulan-bulanan baku, target pembantu dan bahan kemasan. Pada proses produksi minuman lidah buaya katak, kebutuhan alamat resmi dapat ditampilkan sebagaimana tabel berikut. Grafik Biaya Tidak Tetap Lidah buaya No. Bahan baku Jumlah ribu Rp Harga ribu Rp 1 Lidah Buaya 100kg 4 400 2 Sirup 70 liter 5 350 3 Paket mangkok 525 0,3 157,5 4 Tutup mangkok 525 0,05 26,25 5 Kardus 22 2 44 6 Spatula 525 0,08 42 7 Lakban 2 10 20 Besaran per satu kali produksi Rp Jumlah saban bulan Rp 3. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan dan jumlahnya berkepribadian tetap setiap bulannya, berapa banyak-pun besaran produksinya. Biaya tetap menghampari biaya tenaga kerja, setrum atau air, gas, penyusutan alat, dan lainnya. Plong produk lidah buaya, biaya taat yang dibutuhkan tersaji seperti mana sreg tabulasi di bawah. Tabel Biaya Tetap Lidah buaya Items Jumlah internal ribu Rp Karyawan konsisten 6 orang x Rp Listrik/air Tabun Penyusutan Perabot 84 Biaya lainnya 100 Total biaya per bulan Total biaya masing-masing hari 369,2 4. Kuantitas Biaya Total biaya adalah jumlah total atau keseluruhan bermula biaya bukan setia dan biaya teguh. Berpunca proses produksi aloevera, total biaya yang dibutuhkan adalah sebagai berikut Kuantitas biaya = Biaya plastis + Biaya kukuh Total biaya = Rp + Rp Total biaya = Rp 5. Harga Pokok Produksi HPP Harga Pokok Produksi HPP yakni harga pokok suatu barang. Jika dijual dengan harga tersebut, maka penyusun enggak memperoleh keuntungan dan pun tidak memperoleh kerugian. HPP ditentukan kerjakan boleh menentukan harga jual. Harga jual adalah HPP yang ditambah dengan margin keuntungan yang akan diambil. Untuk dagangan indra perasa buaya ini, HPP-nya yaitu Kuantitas Biaya / Besaran produksi Rp 1. / 500 = Rp. 6. Harga Jual Harga jual adalah harga yang harus dibayarkan oleh remedi bakal memperoleh produk tersebut. Harga jual bisa ditentukan melintasi pertimbangkan HPP dan juga dagangan pesaing. Harga jual termasuk didalamnya harga dari pabrik dan harga konsumen. Harga dari industri tentu lebih murah karena saluran persebaran kantor cabang, toko, counter, dan sebagainya pasti juga harus mendapatkan keuntungan. Dagangan aloevera berkemasan mangkok ini, memiliki HPP-nya sebesar Rp dan dagangan pesaing dengan piutang yang relatif sama dijual berkisar Rp hingga Rp Ditetapkan harga jual kerjakan minuman aloevera dari pabrik adalah Rp dengan harapan di tingkat konsumen, harganya akan berkisar Rp sebatas Rp Diagram Harga jual alat perasa buaya katak No. Satuan Harga satuan dalam ribu Rp 1 Mangkok 240 gram 4 2 Karton isi 12 mangkok 48 7. Penerimaan Cemar Pendedahan kotor adalah total tip penataran yang didapatkan oleh perusahaan, sebelum dipotong dengan besaran biaya. Lega produksi lidah buaya ini, jumlah pembelajaran kotor pada tabel di bawah. Tabel Penelaahan Kotor Indra perasa Buaya Macam Kemasan Kuantitas cup Satuan Rp Jumlah Rp Mangkok 240 g 500 Total Rp 8. Pendapatan Bersih Laba Pendapatan bersih merupakan kuantitas penerimaan uang yang diperoleh oleh perusahaan, setelah dipotong dengan total biaya. Puas produksi lidah buaya, jumlah pengajian pengkajian bersih meliputi Pendapatan Bersih = Penerimaan cemar – Total biaya Pendapatan Bersih = Rp – Rp Pendapatan Asli = Rp Jadi estimasi pendapatan dalam suatu kali produksi, atau dengan total 500 mangkok lidah bicokok, akan mendapatkan laba atau keuntungan sebesar Rp panca ratus Sembilan puluh satu mili lima puluh peso.
PerhitunganBiaya Makanan Awetan dari Bahan Nabati Perhitungan biaya produksi makanan awetan dari bahan nabati pada dasarnya sama dengan cara biaya produksi lainnya. Biaya yang harus dihitung adalah biaya investasi, biaya tetap (listrik, air, penyusutan alat/gedung, dll), serta biaya tidak tetap (bahan baku, tenaga kerja dan overhead).
Perhitungan Biaya Makanan Awetan Dari Bahan Nabati Perhitungan Biaya Makanan Awetan Dari Bahan Nabati pada dasarnya sama dengan cara biaya produksi lainnya. Biaya yang harus dihitung adalah biaya investasi, biaya tetap listrik, air, penyusutan alat/gedung, dll, serta biaya tidak tetap bahan baku, tenaga kerja dan overhead. Bahan baku dapat terdiri dari bahan baku utama dan bahan baku tambahan, serta bahan kemasan Biaya bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku. Biaya produksi termasuk biaya tenaga kerja. Jasa tenaga kerja ditetapkan sesuai keterampilan yang dimiliki pekerja dan sesuai kesepakatan antara pekerja dan pemilik usaha atau kesepakatan dalam kelompok kerja. Perhitungan Biaya Makanan Awetan Dari Bahan Nabati menentukan harga jual produk. Penentuan harga jual juga harus mempertimbangkan modal dan biaya yang sudah dikeluarkan untuk produksi. Pengolahan produk kesehatan membutuhkan peralatan dan mesin kerja. Biaya pembelian alat-alat kerja tersebut dihitung sebagai modal kerja. Biaya modal kerja ini akan terbayar dengan laba yang diperoleh dari hasil penjualan. Titik impas Break Even Point adalah seluruh biaya modal yang telah dikeluarkan sudah kembali. Setelah mencapat titik impas, sebuah usaha akan mulai dapat menghitung keuntungan penjualan. Harga jual produk adalah sejumlah harga yang dibebankan kepada konsumen yang dihitung dari biaya produksi dan biaya lain di luar produksi seperti biaya distribusi dan promosi. Biaya produksi adalah biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk terjadinya produksi barang. Unsur biaya produksi adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead. Secara umum biaya overhead dibedakan atas biaya overhead tetap, yaitu biaya overhead yang jumlahnya tidak berubah walaupun jumlah produksinya berubah dan biaya overhead variabel, yaitu biaya overhead yang jumlahnya berubah secara proporsional sesuai dengan perubahan jumlah produksi. Biaya yang termasuk ke dalam overhead adalah biaya listrik, bahan bakar minyak, dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk mendukung proses produksi. Biaya pembelian bahan bakar minyak, sabun pembersih untuk membersihkan bahan baku, benang, jarum, lem dan bahan bahan lainnya dapat dimasukan ke dalam biaya overhead. Jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan tersebut menjadi Harga Pokok Produksi HPP. Pada bahasan kali ini, akan dipaparkan contoh perhitungan harga untuk minuman lidah buaya. Diasumsikan dalam satu kali proses produksi akan diproduksi 500 mangkok lidah buaya, masing-masing berisi 240 gram lidah buaya buah dan kuah. Perhitungan Biaya Makanan Awetan Dari Bahan Nabati meliputi biaya investasi, biaya tetap dan tidak tetap variabel untuk lidah buaya disajikan berikut ini. Hal ini untuk menjadi bahan pembelajaran jika akan membuat perencanaan kewirausaah jenis produk lainnya. 1. Investasi Alat dan Mesin Investasi alat dan mesin, yaitu pembelian perlengkapan alat dan mesin produksi yang dibutuhkan untuk proses produksi. Alat dan mesin produksi yang dibeli harus sesuai dengan kapasitas produksi, dan hal teknis lainnya, seperti ketersediaan daya listrik, dan lainnya. Pada proses produksi lidah buaya, alat dan mesin yang dibutuhkan. 2. Biaya Tidak tetap Variabel Biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan sesuai dengan jumlah produksi. Jadi, sifatnya tidak tetap, bisa berubah sesuai jumlah produksinya. Biaya tidak tetap ini, biasanya meliputi biaya bahan baku, bahan pembantu dan bahan kemasan. 3. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan yang jumlahnya tetap setiap bulannya, berapa pun jumlah produksinya. Biaya tetap meliputi biaya tenaga kerja, listrik/air, gas, penyusutan alat, dan lainnya. 4. Total Biaya Total biaya adalah jumlah keseluruhan biaya tidak tetap dan biaya tetap. Pada proses produksi lidah buaya, total biaya yang dibutuhkan adalah Total biaya = Biaya variabel + Biaya tetap = Rp + Rp = Rp 5. Harga Pokok Produksi HPP Harga Pokok Produksi HPP adalah harga pokok dari suatu produk. Jika dijual dengan harga tersebut, produsen tidak untung dan juga tidak rugi. HPP ditentukan untuk bisa menentukan harga jual. Harga jual adalah HPP ditambah margin keuntungan yang akan diambil. Untuk produk lidah buaya ini, HPP-nya adalah Total Biaya / Jumlah produksi Rp 1. / 500 = Rp. 6. Harga Jual Harga jual adalah harga yang harus dibayarkan pembeli untuk mendapatkan produk tersebut. Harga jual bisa ditentukan dengan mempertimbangkan HPP dan juga produk pesaing. Harga jual ini meliputi harga dari pabrik dan harga konsumen. Harga dari pabrik tentu lebih murah karena saluran distribusi agen, toko, counter, dll tentu juga harus mendapatkan keuntungan. Pada produk lidah buaya dalam kemasan mangkok ini, melihat HPP-nya yaitu dan produk pesaing dengan volume yang relatif sama dijual berkisar sampai ditetapkan harga jual untuk minuman lidah buaya dari pabrik adalah Rp pada Tabel 4, dengan harapan di tingkat konsumen, harganya adalah Rp sampai Rp 7. Penerimaan Kotor Penerimaan kotor adalah jumlah penerimaan uang yang didapatkan oleh perusahaan, sebelum dipotong total biaya. 8. Pendapatan Bersih Laba Pendapatan bersih adalah jumlah penerimaan uang yang didapatkan oleh perusahaan, setelah dipotong total biaya. Pada produksi lidah buaya ini, jumlah penerimaan bersih adalah Pendapatan Bersih = Penerimaan kotor – Total biaya = – = Jadi perkiraan pendapatan untuk satu kali produksi, yaitu sebanyak 500 mangkok lidah buaya, akan mendapatkan laba/keuntungan sebesar Rp lima ratus Sembilan puluh satu ribu lima puluh rupiah. Baca Juga Sistem Pengolahan Makanan Awetan Dari Bahan Nabati Perencanaan Usaha Pengolahan Makanan Awetan dari Bahan Nabati Pemasaran Langsung Dan Hasil Kegiatan Usaha Budi Daya Tanaman Pangan Demikian Artikel Perhitungan Biaya Makanan Awetan Dari Bahan Nabati Yang Saya Buat Semoga Bermanfaat Ya Mbloo Artikel Terkait Sumber Daya Yang Dibutuhkan Dalam Usaha Kerajinan Dari Bahan Limbah Berbentuk Bangun Datar Kewirausahaan Dari Dalam Budidaya Ternak Unggas Petelur Teknik Dari Pengolahan Sebuah Makanan Khas Daerah Alat Dan Bahan Yang Berhubungan Dengan Listrik Jenis Jenis Dari Sebuah Pmeliharaan Satwa Harapan

Perhitunganbiaya produksi makanan awetan dari bahan nabati pada dasarnya sama dengan cara biaya produksi lainnya. Biaya yang harus dihitung adalah biaya investasi, biaya tetap (listrik, air, penyusutan alat/gedung, dll), serta biaya tidak tetap (bahan baku, tenaga kerja dan overhead ).

0% found this document useful 0 votes268 views1 pageOriginal TitlePerhitungan Biaya Makanan Awetan dari Bahan © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes268 views1 pagePerhitungan Biaya Makanan Awetan Dari Bahan NabatiOriginal TitlePerhitungan Biaya Makanan Awetan dari Bahan to Page You are on page 1of 1Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. Urapsayur dapat disajikan di piring ceper, atau wadah kotak plastik lain yang cantik. Tutup rapat agar tidak tumpah atau dihinggapi lalat. 5. Evaluasi. Setelah proses pengolahan urap sayur matang dan siap disajikan, evaluasi bahan pangan tersebut dengan uji rasa. Prakarya dan Kewirausahaan 105 B. Sistem Pengolahan Makanan Awetan dari Bahan Nabati Produk makanan awetan adalah produk makanan dan minuman yang sudah mengalami proses pengolahan sehingga mempunyai keawetan yang lebih tinggi. Makanan awetan tidak identik dengan makanan yang menggunakan pengawet, karena untuk mengawetkan makanan dan minuman, banyak proses yang bisa dilakukan. Proses pengolahan dan pengemasan yang baik juga dapat mengawetkan produk makanan dan minuman. Makanan dapat dibagi menjadi makanan kering dan makanan basah. Produk makanan dapat juga dikelompokkan menjadi makanan jadi dan makanan setengah jadi. Makanan jadi adalah makanan yang dapat langsung disajikan dan dimakan. Makanan setengah jadi membutuhkan proses untuk mematangkannya sebelum siap untuk disajikan dan dimakan. Makanan kering khas daerah yang dapat langsung dimakan contohnya keripik balado dari daerah Sumatera Barat dan kuku macan dari Kalimantan Timur. Makanan kering khas daerah yang tidak dapat langsung dimakan misalnya kerupuk udang sidoarjo dan dendeng sapi aceh. Menurut bahan baku utamanya, makanan khas daerah dikelompokkan pada makanan khas daerah yang berbahan nabati dan berbahan hewani. Pada semester ini, akan dibahas makanan awetan dari bahan dasar nabati, dan semester berikutnya makanan awetan dari bahan baku hewani. • Buatlah kelompok kecil, 3-5 orang. • Diskusikan dengan kelompokmu, makanan awetan dari nabati, yang ada di sekitar daerah kamu tinggal. • Adakah modiikasi yang harus dilakukan untuk makanan tersebut? • Tempelkan gambar atau gambarkan makanan awetan dari nabati yang dipilih. • Presentasikan kepada teman sekelas. Tugas 1 Semester 1 Kelas X SMAMASMKMAK 106 Makanan awetan dari bahan nabati ialah makanan yang awet yang berasal dari bahan baku tumbuh-tumbuhan, misalnya sayur-sayuran dan buah. Makanan awetan dari bahan nabati, baik makanan atau minuman yang diproduksi di suatu daerah, merupakan identitas daerah tersebut, dan menjadi pembeda dengan daerah lainnya. Berbagai makanan awetan dari bahan nabati di berbagai daerah di Indonesia menjadi ciri khas daerah tersebut. Wirausaha di bidang ini dapat menjadi pilihan yang sangat tepat karena kita lebih banyak mengenal produk makanan awetan daerah kita daripada daerah lainnya. Cara pengolahan makanan awetan dari bahan nabati pada umumnya cukup sederhana dengan menggunakan metode dan alat yang sederhana pula. Bahan baku yang digunakan diharapkan juga adalah bahan baku lokal yang mudah didapatkan di lingkungan sekitarnya. Sebagai contoh makanan awetan dari bahan nabati yang akan dipaparkan pada buku ini adalah minuman lidah buaya, untuk menjadi gambaran dan acuan dalam pembelajaran wirausaha makanan awetan dari bahan nabati. Sumber Dokumen Kemdikbud Gambar Jenis-jenis produk makanan No. Nama Makanan Jenis MakananMinuman JajananOleh-Oleh Bahan Baku 1. Tempe Makanan Kedelai 2. 3. 4. 5. 6. dst Makanan Awetan dari Bahan Baku Nabati Nama Daerah Makanan Awetan Bahan Dasar Nabati Bahan Dasar Hewani Prakarya dan Kewirausahaan 107 Produk minuman dari lidah buaya sudah mulai dikembangkan, setelah sebelumnya lidah buaya hanya dijadikan bahan baku kosmetika. Minuman lidah buaya sangat baik untuk kesehatan, mempunyai kalori yang sangat rendah 4 kal100 g gel sehingga sangat sesuai untuk program diet. Di Kalimantan Barat, lidah buaya sudah diolah dalam berbagai bentuk makanan dan minuman seperti jus, koktail, gel lidah buaya dalam sirup, selai, jeli, dodol, dan manisan. Untuk memperpanjang umur simpannya, telah dilakukan pula penelitian pembuatan tepung lidah buaya dengan penambahan bahan pengisi. Gel lidah buaya juga telah dikembangkan dalam bentuk sediaan oral sebagai minuman kesehatan yang diklaim menyegarkan dan memberikan efek mendinginkan. Secara empiris, lidah buaya digunakan sebagai obat luka bakar, panas dalam, asam urat serta afrodisiak dan malnutrisi karena kandungan asam amino dan vitaminnya. Gel lidah buaya juga memperlihatkan aktivitas antipenuaan karena mampu menghambat proses penipisan kulit dan menahan kehilangan serat elastin serta menaikkan kandungan kolagen dermis yang larut air. Membuat Daftar dan Deskripsi Makanan Awetan dari Bahan Nabati • Di daerah tempat tinggalmu, tentu ada makanan awetan yang berbahan dasar nabati. Carilah informasi melalui pengamatan, wawancara maupun dari literatur tentang makanan awetan yang ada di daerahmu. Tuliskan menjadi sebuah daftar seperti contoh tabel di atas. • Pilih salah satu dari jenis makanan awetan dari daftar tersebut yang paling disukai. Tulis dan gambarkan informasi tentang makanan tersebut pada kertas A4 dengan karakter. Tugas 2 Sumber http Gambar Minuman Lidah Buaya Semester 1 Kelas X SMAMASMKMAK 108 Lidah buaya bisa digunakan sebagai bahan baku untuk minuman dalam kemasan. Dalam bahasan ini, akan dibuat contoh dalam kemasan mangkok plastik 240 gram. Bahan yang digunakan dalam membuat minuman lidah buaya adalah lidah buaya segar, gula, asam sitrat dan penguat rasa lavor. Alat-alat yang digunakan adalah pengemas cup, pisau, talenan, baskom, panci stainless steel pengganti tangki pencampuran dan tangki pasteurisasi, kompor, illing sealing machine boleh menggunakan yang manual, seperti pada Gambar literan, timbangan, pH meter, refraktometer, dan lain-lain. Sumber Dokumen Kemendikbud Gambar Manual Cup Sealer Prakarya dan Kewirausahaan 109 Pada dasarnya, pembuatan minuman lidah buaya dalam kemasan mangkok hampir sama, yaitu melalui proses persiapan lidah buaya dan persiapan larutan sirup. Lidah buaya yang akan digunakan, diseset kulitnya, kemudian dipotong dan dicuci. Lakukan pencucian menggunakan air hangat untuk menghilangkan lendir. Jika masih tersisa lendir, bisa dilakukan perendaman dalam air kapur. Selanjutnya, potongan lidah buaya dimasukkan ke dalam kemasan. Potongan lidah buaya dan sirupnya dimasukkan ke dalam kemasan dengan perbandingan tertentu. Proses pengisian ini harus memperhatikan keseragamannya, jumlah padatan lidah buaya dan cairan sirup. Keseragaman ini sangat penting untuk pencapaian proses panas yang optimal bagi keseluruhan produk. Jika pada pengisian ini tidak baik, panas yang diterima produk dalam tiap kemasan akan berbeda. Pada proses pengisian, sirup harus dalam keadaan panas untuk menciptakan kondisi hot illing. Sumber Dokumen Kemendikbud Gambar Proses Produksi Lidah Buaya Sumber Dokumen Kemdikbud Gambar Pembuatan Sirup Semester 1 Kelas X SMAMASMKMAK 110 Kemasan yang telah terisi harus segera ditutup untuk menghindari kontaminasi. Setelah itu, dilakukan pasteurisasi pada suhu 65 o C selama 55 menit. Untuk menghindari over cooking dan memberikan shock thermal pada bakteri termoilik, produk yang telah dipasteurisasi didinginkan dengan air mengalir sampai mencapai suhu 40 o C. Sumber Dokumen Kemdikbud Gambar Pengisian dan Penutupan Sumber Dokumen Kemdikbud Gambar Proses Pasteurisasi Prakarya dan Kewirausahaan 111 Setelah dilakukan proses pendinginan, dan diangin-anginkan agar airnya kering, dilakukan pemberian label, setelah itu dikemas ke dalam karton. Kemudian, sebelum dipasarkan, dilakukan inkubasi 2-3 hari, untuk melihat kestabilan mutu produk tersebut. Pada karton, ditulis saran cara penanganan produk tersebut, yaitu harus disimpan di suhu sejuk, tidak boleh terkena sinar matahari langsung, tidak boleh langsung berhubungan dengan lantai dinding, dan batas maksimum penumpukan karton adalah 10 karton. No. Nama Makanan Daerah Jenis MakananMinuman JajananOleh-Oleh Tantangan 1. Dadih Minangkabau Minuman - Kurang Awet - Kurang variasi rasa - Kemasan kurang menarik 2. 3. 4. 5. dst Tantangan Makanan Khas Daerah Tantangan Makanan Awetan dari Bahan Nabati • Carilah informasi melalui pengamatan, wawancara maupun dari literatur tentang makanan awetan dari bahan nabati yang ada di daerahmu atau daerah lain di Nusantara. • Diskusikan dengan teman tentang sumber dan jenis bahan bakunya, jenis pengolahannya, dan tantangan yang ada saat ini. • Tuliskan data dalam bentuk tabel seperti contoh di bawah ini. • Buat presentasi yang informatif dan menarik dengan memanfaatkan Tugas 3 Semester 1 Kelas X SMAMASMKMAK 112 C. Perhitungan Biaya Makanan Awetan dari Bahan Nabati Detailartikel terkait contoh soal perhitungan biaya makanan awetan dari bahan hewani. Biaya bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan dalam membeli bahan. Contoh Soal Perhitungan Biaya Makanan Awetan Dari Bahan Biaya yang harus dihitung adalah biaya investasi, biaya tetap (listrik, air, penyusutan alat/gedung, dll), serta biaya tidak tetap (bahan baku, tenaga kerja dan overhead).bahan baku Perhitungan biaya produksi makanan awetan dari bahan nabati pada dasarnya sama dengan cara biaya produksi lainnya. Biaya yang harus dihitung adalah biaya investasi, biaya tetap listrik, air, penyusutan alat/gedung, dll,serta biaya tidak tetap bahan baku, tenaga kerja dan overhead. Bahan baku dapat terdiri dari bahan baku utama dan bahan baku tambahan, serta bahan kemasan. Biaya bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku. Biaya produksi termasuk biaya tenaga pembelian alat-alat kerja tersebut dihitung sebagai modal kerja. Biaya modal kerja ini akan terbayar dengan laba yang diperoleh dari hasil penjualan. Titik impas Break Even Point adalah seluruh biaya modal yang telah dikeluarkan sudah kembali. Setelah mencapat titik impas, sebuah usaha akan mulai dapat menghitung keuntungan penjualan. Titik impas Break Even Point adalah seluruh biaya modal yang telah dikeluarkan sudah kembali. Setelah mencapat titik impas, sebuah usaha akan mulai dapat menghitung penjualan. Perhitungan biaya produksi meliputi biaya investasi, biaya tetap dan tidak tetap variabel untuk lidah buaya disajikan berikut ini. Hal ini untuk menjadi bahan pembelajaran jika akan membuat perencanaan kewirausaahan jenis produk lainnya. 1. Investasi Alat dan Mesin Investasi alat dan mesin, yaitu pembelian perlengkapan alat dan mesin produksi yang dibutuhkan untuk proses produksi. Alat dan mesin produksi yang dibeli harus sesuai dengan kapasitas produksi, dan hal teknis lainnya, seperti ketersediaan daya listrik, dan lainnya. Pada proses produksi lidah buaya, alat dan mesin yang dibutuhkan pada Tabel 4. 2. Biaya Tidak tetap VariabelBiaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan sesuai dengan jumlah produksi. Jadi, sifatnya tidak tetap, bisa berubah sesuai jumlah produksinya. Biaya tidak tetap ini, biasanya meliputi biaya bahan baku, bahan pembantu dan bahan kemasan. Pada proses produksi minuman lidah buaya, kebutuhan bahan baku pada Tabel 2. 3. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan yang jumlahnya tetap setiap bulannya, berapa pun jumlah produksinya. Biaya tetap meliputi biaya tenaga kerja, listrik/air, gas, penyusutan alat, dan lainnya. Pada produk lidah buaya, biaya tetap yang dibutuhkan tersaji pada Tabel 3. 4. Total Biaya Total biaya adalah jumlah keseluruhan biaya tidak tetap dan biaya tetap. Pada proses produksi lidah buaya, total biaya yang dibutuhkan adalah Total biaya = Biaya variabel + Biaya tetap = Rp + Rp = Rp Harga Pokok Produksi HPP Harga Pokok Produksi HPP adalah harga pokok dari suatu produk. Jika dijual dengan harga tersebut, produsen tidak untung dan juga tidak rugi. HPP ditentukan untuk bisa menentukan harga jual. Harga jual adalah HPP ditambah margin keuntungan yang akan diambil. Untuk produk lidah buaya ini, HPP-nya adalah Total Biaya / Jumlah produksi Rp 1. / 500 = Rp. Harga Jual Harga jual adalah harga yang harus dibayarkan pembeli untuk mendapatkan produk tersebut. Harga jual bisa ditentukan dengan mempertimbangkan HPP dan juga produk pesaing. Harga jual ini meliputi harga dari pabrik dan harga konsumen. Harga dari pabrik tentu lebih murah karena saluran distribusi agen, toko, counter, dll tentu juga harus mendapatkan keuntungan. Pada produk lidah buaya dalam kemasan mangkok ini, melihat HPP-nya yaitu dan produk pesaing dengan volume yang relatif sama dijual berkisar sampai ditetapkan harga jual untuk minuman lidah buaya dari pabrik adalah Rp pada Tabel 4, dengan harapan di tingkat konsumen, harganya adalah Rp sampai Rp 7. Penerimaan Kotor Penerimaan Kotor adalah penerimaan uang yang didapatkan oleh perusahaan, sebelum dipotong total biaya. Pada produksi lidah buaya ini, jumlah penerimaan kotor pada Tabel 8. 8. Pendapatan Bersih Laba Pendapatan bersih adalah jumlah penerimaan uang yang didapatkan oleh perusahaan, setelah dipotong total biaya. Pada produksi lidah buaya ini, jumlah penerimaan bersih adalahPendapatan Bersih = Penerimaan kotor – Total biaya = – = Jadi perkiraan pendapatan untuk satu kali produksi, yaitu sebanyak 500 mangkok lidah buaya, akan mendapatkan laba/keuntungan sebesar Rp lima ratus Sembilan puluh satu ribu lima puluh rupiah. Kunjungi juga Sistem Pengolahan Makanan Awetan dari Bahan Nabati Perhitunganbiaya produksi makanan awetan dari bahan nabati pada dasarnya sama dengan cara biaya produksi lainnya. Biaya yang harus dihitung adalah biaya investasi, biaya tetap (listrik, air, penyusutan alat/gedung, dan lain-lain), serta biaya tidak tetap (bahan baku, tena Posting Komentar Baca selengkapnya
Perhitungan biaya produksi makanan awetan dari bahan nabati pada dasarnya sama dengan cara biaya produksi lainnya. Biaya yang harus dihitung adalah biaya investasi, biaya tetap listrik, air, penyusutan alat/gedung, dll, serta biaya tidak tetap bahan baku, tenaga kerja dan overhead. Bahan baku dapat terdiri dari bahan baku utama dan bahan baku tambahan, serta bahan kemasan Biaya bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku. Biaya produksi termasuk biaya tenaga kerja. Jasa tenaga kerja ditetapkan sesuai keterampilan yang dimiliki pekerja dan sesuai kesepakatan antara pekerja dan pemilik usaha atau kesepakatan dalam kelompok kerja. Biaya produksi menentukan harga jual produk. Penentuan harga jual juga harus mempertimbangkan modal dan biaya yang sudah dikeluarkan untuk produksi. Pengolahan produk kesehatan membutuhkan peralatan dan mesin kerja. Biaya pembelian alat-alat kerja tersebut dihitung sebagai modal kerja. Biaya modal kerja ini akan terbayar dengan laba yang diperoleh dari hasil penjualan. Titik impas Break Even Point adalah seluruh biaya modal yang telah dikeluarkan sudah kembali. Setelah mencapat titik impas, sebuah usaha akan mulai dapat menghitung keuntungan penjualan. Harga jual produk adalah sejumlah harga yang dibebankan kepada konsumen yang dihitung dari biaya produksi dan biaya lain di luar produksi seperti biaya distribusi dan promosi. Biaya produksi adalah biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk terjadinya produksi barang. Unsur biaya produksi adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead. Secara umum biaya overhead dibedakan atas biaya overhead tetap, yaitu biaya overhead yang jumlahnya tidak berubah walaupun jumlah produksinya berubah dan biaya overhead variabel, yaitu biaya overhead yang jumlahnya berubah secara proporsional sesuai dengan perubahan jumlah produksi. Biaya yang termasuk ke dalam overhead adalah biaya listrik, bahan bakar minyak, dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk mendukung proses produksi. Biaya pembelian bahan bakar minyak, sabun pembersih untuk membersihkan bahan baku, benang, jarum, lem dan bahan bahan lainnya dapat dimasukan ke dalam biaya overhead. Jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan tersebut menjadi Harga Pokok Produksi HPP. Pada bahasan kali ini, akan dipaparkan contoh perhitungan harga untuk minuman lidah buaya. Diasumsikan dalam satu kali proses produksi akan diproduksi 500 mangkok lidah buaya, masing-masing berisi 240 gram lidah buaya buah dan kuah. Perhitungan biaya produksi meliputi biaya investasi, biaya tetap dan tidak tetap variabel untuk lidah buaya disajikan berikut ini. Hal ini untuk menjadi bahan pembelajaran jika akan membuat perencanaan kewirausaah jenis produk lainnya. 1. Investasi Alat dan Mesin Investasi alat dan mesin, yaitu pembelian perlengkapan alat dan mesin produksi yang dibutuhkan untuk proses produksi. Alat dan mesin produksi yang dibeli harus sesuai dengan kapasitas produksi, dan hal teknis lainnya, seperti ketersediaan daya listrik, dan lainnya. Pada proses produksi lidah buaya, alat dan mesin yang dibutuhkan pada alat dan mesin lidah buaya 2. Biaya Tidak tetap Variabel Biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan sesuai dengan jumlah produksi. Jadi, sifatnya tidak tetap, bisa berubah sesuai jumlah produksinya. Biaya tidak tetap ini, biasanya meliputi biaya bahan baku, bahan pembantu dan bahan kemasan. Pada proses produksi minuman lidah buaya, kebutuhan bahan baku pada TabelBiaya Tidak Tetap Lidah buaya 3. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan yang jumlahnya tetap setiap bulannya, berapa pun jumlah produksinya. Biaya tetap meliputi biaya tenaga kerja, listrik/air, gas, penyusutan alat, dan lainnya. Pada produk lidah buaya, biaya tetap yang dibutuhkan tersaji pada TabelBiaya Tetap Lidah buaya 4. Total Biaya Total biaya adalah jumlah keseluruhan biaya tidak tetap dan biaya tetap. Pada proses produksi lidah buaya, total biaya yang dibutuhkan adalah Total biaya = Biaya variabel + Biaya tetap = Rp + Rp = Rp 5. Harga Pokok Produksi HPP Harga Pokok Produksi HPP adalah harga pokok dari suatu produk. Jika dijual dengan harga tersebut, produsen tidak untung dan juga tidak rugi. HPP ditentukan untuk bisa menentukan harga jual. Harga jual adalah HPP ditambah margin keuntungan yang akan diambil. Untuk produk lidah buaya ini, HPP-nya adalah Total Biaya / Jumlah produksi Rp 1. / 500 = Rp. 6. Harga Jual Harga jual adalah harga yang harus dibayarkan pembeli untuk mendapatkan produk tersebut. Harga jual bisa ditentukan dengan mempertimbangkan HPP dan juga produk pesaing. Harga jual ini meliputi harga dari pabrik dan harga konsumen. Harga dari pabrik tentu lebih murah karena saluran distribusi agen, toko, counter, dll tentu juga harus mendapatkan keuntungan. Pada produk lidah buaya dalam kemasan mangkok ini, melihat HPP-nya yaitu dan produk pesaing dengan volume yang relatif sama dijual berkisar sampai ditetapkan harga jual untuk minuman lidah buaya dari pabrik adalah Rp pada Tabel 4, dengan harapan di tingkat konsumen, harganya adalah Rp sampai Rp jual lidah buaya 7. Penerimaan Kotor Penerimaan kotor adalah jumlah penerimaan uang yang didapatkan oleh perusahaan, sebelum dipotong total biaya. Pada produksi lidah buaya ini, jumlah penerimaan kotor pada TabelPenerimaan Kotor Lidah Buaya 8. Pendapatan Bersih Laba Pendapatan bersih adalah jumlah penerimaan uang yang didapatkan oleh perusahaan, setelah dipotong total biaya. Pada produksi lidah buaya ini, jumlah penerimaan bersih adalah Pendapatan Bersih = Penerimaan kotor – Total biaya = – = Jadi perkiraan pendapatan untuk satu kali produksi, yaitu sebanyak 500 mangkok lidah buaya, akan mendapatkan laba/keuntungan sebesar Rp lima ratus Sembilan puluh satu ribu lima puluh rupiah.
HasilKegiatan Usaha Makanan Awetan dari Bahan Nabati. pintarilmu September 28, 2019. Berbagai jenis makanan awetan dari bahan nabati sudah dijelaskan, baik oleh guru maupun oleh teman-temannya, melalui persentasi tugas yang disampaikan di depan kelas. Diharapkan, kamu sudah mendapatkan gambaran yang baik tentang wirausaha produk ini. Rangkuman Materi Kewirausahaan Pengolahan Makanan Awetan Nabati Prakarya SMA Kelas 10 - Mempelajari perencanaan usaha makanan, sistem pengolahan makanan, perhitungan biaya, pemasaran langsung, dan kegiatan usaha makanan awetan dari bahan awetan dari bahan nabati adalah makanan yang awet yang berasal dari bahan baku tumbuh-tumbuhan, misalnya sayur-sayuran dan buah. Makanan awetan dari bahan nabati, baik makanan atau minuman yang diproduksi di suatu daerah, merupakan identitas daerah tersebut, dan menjadi pembeda dengan daerah lainnya. Berbagai makanan awetan dari bahan nabati di berbagai daerah di Indonesia menjadi ciri khas daerah tersebut. Wirausaha di bidang ini dapat menjadi pilihan yang sangat tepat karena kita lebih banyak mengenal produk makanan awetan daerah kita daripada daerah di sini Materi Pelajaran SMP/MTs dan SMA/SMK BukaBuku Pelajara SD, SMP/MTs, dan SMA/SMK BukaKumpulan Soal SMP dan SMA BukaA. Perencanaan Usaha Pengolahan Makanan Awetan dari Bahan NabatiMakanan awetan dari bahan nabati adalah makanan yang dibuat dari SDA nabati, yang sudah melalui proses pengolahan yang tepat sesuai dan dikemas dengan baik, baik menggunakan pengawet sesuai kriteria BPOM maupun tidak sehingga mempunyai umur simpan yang lebih panjang. Makanan awetan berbahan dasar nabati yang saat ini beredar sudah cukup banyak, tetapi masih dapat dikembangkan lebih lanjut, baik kuantitas maupun kualitasnya. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat, juga untuk dijual ke daerah lain dan/atau wisatawan/pendatang. Beberapa terobosan dapat dilakukan untuk mengangkat citra dan cita rasa makanan awetan tersebut. Upaya terobosan tersebut diharapkan dapat membuka peluang makanan awetan berbahan dasar nabati tersebut untuk didistribusikan ke daerah lain dan diekspor. Hal tersebut akan menjadi promosi yang positif untuk meningkatkan nilai jual makanan awetan berbahan dasar nabati dan pengembangan pariwisata wirausaha makanan awetan dari bahan nabatiProduknya sangat bervariasi Bahan baku mudah didapat Teknologi pengolahan cukup sederhana dan dapat dipelajari Investasi alat dan mesin dapat disesuaikan dengan dana yang tersedia Pilihan kemasan sangat beragam dan mudah didapat Pasar sangat terbuka lebarKreativitas dibutuhkan dalam pengembangan wirausaha makanan awetan dari bahan nabati agar cita rasa lebih bervariasi, penampilan produk lebih menarik, produk lebih awet serta upaya promosi dan sosialisasi yang lebih ditingkatkan. Pengembangan makanan awetan dari bahan dasar nabati dapat dilakukan dengan memodifikasi cara pengolahan dan pengemasan. Modifikasi dapat memanfaatkan metode produksi dan teknologi baru. B. Sistem Pengolahan Makanan Awetan dari Bahan NabatiProduk makanan awetan adalah produk makanan dan minuman yang sudah mengalami proses pengolahan sehingga mempunyai keawetan yang lebih dapat dibagi menjadi makanan kering dan makanan basah. Produk makanan dapat juga dikelompokkan menjadi makanan jadi dan makanan setengah jadi. Makanan jadi adalah makanan yang dapat langsung disajikan dan dimakan. Makanan setengah jadi membutuhkan proses untuk mematangkannya sebelum siap untuk disajikan dan dimakan. Makanan kering khas daerah yang dapat langsung dimakan Contoh keripik balado dari daerah Sumatera Barat dan kuku macan dari Kalimantan Timur. Makanan kering khas daerah yang tidak dapat langsung dimakan Contoh kerupuk udang sidoarjo dan dendeng sapi bahan baku utamanya, makanan khas daerah dikelompokkan pada makanan khas daerah yang berbahan nabati dan berbahan pengolahan makanan awetan dari bahan nabati pada umumnya cukup sederhana dengan menggunakan metode dan alat yang sederhana pula. Bahan baku yang digunakan diharapkan juga adalah bahan baku lokal yang mudah didapatkan di lingkungan sekitarnya. Sebagai contoh makanan awetan dari bahan nabati adalah minuman lidah Produk Minuman dari Lidah BuayaMinuman lidah buaya sangat baik untuk kesehatan, mempunyai kalori yang sangat rendah 4 kal/100 g gel sehingga sangat sesuai untuk program diet. Di Kalimantan Barat, lidah buaya sudah diolah dalam berbagai bentuk makanan dan minuman seperti jus, koktail, gel lidah buaya dalam sirup, selai, jeli, dodol, dan manisan. Untuk memperpanjang umur simpannya, telah dilakukan pula penelitian pembuatan tepung lidah buaya dengan penambahan bahan buaya bisa digunakan sebagai bahan baku untuk minuman dalam membuat minuman lidah buaya kemasanlidah buaya segar, gula, asam sitrat penguat rasa flavor. Alat-alat membuat minuman lidah buaya kemasanpengemas cup, pisau, talenan, baskom, panci stainless steel pengganti tangki pencampuran dan tangki pasteurisasi, kompor, filling sealing machine boleh menggunakan yang manual, literan, timbangan, pH meter, refraktometer, dan Produksi Minuman Lidah BuayaLidah buaya yang akan digunakan, diseset kulitnya, kemudian dipotong dan dicuci. Lakukan pencucian menggunakan air hangat untuk menghilangkan lendir. Jika masih tersisa lendir, bisa dilakukan perendaman dalam air kapur. Selanjutnya, potongan lidah buaya dimasukkan ke dalam lidah buaya dan sirupnya dimasukkan ke dalam kemasan dengan perbandingan tertentu. Proses pengisian ini harus memperhatikan keseragamannya, jumlah padatan lidah buaya dan cairan sirup. Keseragaman ini sangat penting untuk pencapaian proses panas yang optimal bagi keseluruhan produk. Jika pada pengisian ini tidak baik, panas yang diterima produk dalam tiap kemasan akan berbeda. Pada proses pengisian, sirup harus dalam keadaan panas untuk menciptakan kondisi hot filling. Kemasan yang telah terisi harus segera ditutup untuk menghindari kontaminasi. Setelah itu, dilakukan pasteurisasi pada suhu 65 o C selama 55 menit. Untuk menghindari over cooking dan memberikan shock thermal pada bakteri termofilik, produk yang telah dipasteurisasi didinginkan dengan air mengalir sampai mencapai suhu 40 o dilakukan proses pendinginan, dan diangin-anginkan agar airnya kering, dilakukan pemberian label, setelah itu dikemas ke dalam karton. Kemudian, sebelum dipasarkan, dilakukan inkubasi 2-3 hari, untuk melihat kestabilan mutu produk tersebut. Pada karton, ditulis saran cara penanganan produk tersebut, yaitu harus disimpan di suhu sejuk, tidak boleh terkena sinar matahari langsung, tidak boleh langsung berhubungan dengan lantai/ dinding, dan batas maksimum penumpukan karton adalah 10 karton. C. Perhitungan Biaya Makanan Awetan dari Bahan NabatiPerhitungan biaya produksi makanan awetan dari bahan nabati pada dasarnya sama dengan cara biaya produksi lainnya. Biaya yang harus dihitung adalah biaya investasi, biaya tetap listrik, air, penyusutan alat/gedung, dll, serta biaya tidak tetap bahan baku, tenaga kerja dan overhead. Bahan baku dapat terdiri dari bahan baku utama dan bahan baku tambahan, serta bahan bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku. Biaya produksi termasuk biaya tenaga kerja. Jasa tenaga kerja ditetapkan sesuai keterampilan yang dimiliki pekerja dan sesuai kesepakatan antara pekerja dan pemilik usaha atau kesepakatan dalam kelompok kerja. Biaya produksi menentukan harga jual produk. Penentuan harga jual juga harus mempertimbangkan modal dan biaya yang sudah dikeluarkan untuk produksi. Pengolahan produk kesehatan membutuhkan peralatan dan mesin kerja. Biaya pembelian alat-alat kerja tersebut dihitung sebagai modal kerja. Biaya modal kerja ini akan terbayar dengan laba yang diperoleh dari hasil penjualan. Titik impas Break Even Point adalah seluruh biaya modal yang telah dikeluarkan sudah kembali. Setelah mencapat titik impas, sebuah usaha akan mulai dapat menghitung keuntungan penjualan. Harga jual produk adalah sejumlah harga yang dibebankan kepada konsumen yang dihitung dari biaya produksi dan biaya lain di luar produksi seperti biaya distribusi dan promosi. Biaya produksi adalah biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk terjadinya produksi barang. Unsur biaya produksi adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead. Secara umum biaya overhead dibedakan atas biaya overhead tetap, yaitu biaya overhead yang jumlahnya tidak berubah walaupun jumlah produksinya berubah dan biaya overhead variabel, yaitu biaya overhead yang jumlahnya berubah secara proporsional sesuai dengan perubahan jumlah produksi. Biaya yang termasuk ke dalam overhead adalah biaya listrik, bahan bakar minyak, dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk mendukung proses produksi. Biaya pembelian bahan bakar minyak, sabun pembersih untuk membersihkan bahan baku, benang, jarum, lem dan bahan bahan lainnya dapat dimasukan ke dalam biaya overhead. Jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan tersebut menjadi Harga Pokok Produksi HPP.Contoh Perhitungan Harga Untuk Minuman Lidah Buaya Diasumsikan dalam satu kali proses produksi akan diproduksi 500 mangkok lidah buaya, masing-masing berisi 240 gram lidah buaya buah dan kuah.1. Investasi Alat dan Mesin2. Biaya Tidak tetap Variabel Biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan sesuai dengan jumlah produksi. Jadi, sifatnya tidak tetap, bisa berubah sesuai jumlah produksinya. Biaya tidak tetap ini, biasanya meliputi biaya bahan baku, bahan pembantu dan bahan Tidak Tetap Lidah buaya3. Biaya TetapBiaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan yang jumlahnya tetap setiap bulannya, berapa pun jumlah produksinya. Biaya tetap meliputi biaya tenaga kerja, listrik/air, gas, penyusutan alat, dan lainnya. Biaya Tetap Lidah buaya4. Total BiayaTotal biaya adalah jumlah keseluruhan biaya tidak tetap dan biaya tetap. Pada proses produksi lidah buaya, total biaya yang dibutuhkan adalah Total biaya = Biaya variabel + Biaya tetap = Rp + Rp = Rp Harga Pokok Produksi HPPHarga Pokok Produksi HPP adalah harga pokok dari suatu produk. Jika dijual dengan harga tersebut, produsen tidak untung dan juga tidak rugi. HPP ditentukan untuk bisa menentukan harga jual. Harga jual adalah HPP ditambah margin keuntungan yang akan diambil. Untuk produk lidah buaya ini, HPP-nya adalah Total Biaya / Jumlah produksi Rp 1. / 500 = Rp. 6. Harga JualHarga jual adalah harga yang harus dibayarkan pembeli untuk mendapatkan produk tersebut. Harga jual bisa ditentukan dengan mempertimbangkan HPP dan juga produk pesaing. Harga jual ini meliputi harga dari pabrik dan harga konsumen. Harga dari pabrik tentu lebih murah karena saluran distribusi agen, toko, counter, dll tentu juga harus mendapatkan keuntungan. Pada produk lidah buaya dalam kemasan mangkok ini, melihat HPP-nya yaitu dan produk pesaing dengan volume yang relatif sama dijual berkisar sampai ditetapkan harga jual untuk minuman lidah buaya dari pabrik adalah Rp pada Tabel 4, dengan harapan di tingkat konsumen, harganya adalah Rp sampai Rp Harga jual lidah buaya7. Penerimaan KotorPenerimaan kotor adalah jumlah penerimaan uang yang didapatkan oleh perusahaan, sebelum dipotong total Kotor Lidah Buaya8. Pendapatan Bersih Laba Pendapatan bersih adalah jumlah penerimaan uang yang didapatkan oleh perusahaan, setelah dipotong total biaya. Pada produksi lidah buaya ini, jumlah penerimaan bersih adalahPendapatan Bersih = Penerimaan kotor – Total biaya = – = Jadi perkiraan pendapatan untuk satu kali produksi, yaitu sebanyak 500 mangkok lidah buaya, akan mendapatkan laba/keuntungan sebesar Rp lima ratus Sembilan puluh satu ribu lima puluh rupiah.D. Pemasaran Langsung Makanan Awetan dari Bahan NabatiSistem pemasaran langsung ialah sistem pemasaran tanpa menggunakan perantara. Penjualan langsung juga terbagi menjadi beberapa jenis, misalnya penjualan dengan mempunyai outlet sendiri, atau sistem penjajaan langsung pada konsumen. Pemilihan sistem pemasaran yang tepat, menjadi salah satu penentu keberhasilan dari penerimaan produk tersebut di tangan konsumen. Salah satu ujung tombak pemasaran adalah promosi. Berbagai media promosi bisa digunakan untuk membantu meningkatkan pemasaran dari produk Budi daya Tanaman Pangan. Media yang bisa digunakan untuk memasarkan produk, tentu disesuaikan dengan kapasitas produksi yang sudah dibuat. Contoh Pemasaran LangsungTahap pertama dimulai dengan yang kecil, kenalkan lidah buaya kepada teman teman dekat, teman sekolah, tetangga di sekitar komplek, atau teman bermain. Berilah sedikit tes produk agar mereka bisa mencicipi produk buah buatan Anda supaya mereka tertarik produk mulai bisa di terima dan banyak penggemar, mulailah merambah pasar baru dengan menitipkannya di warung, di toko, atau di kantin sekolah Manfaatkanlah teknologi internet dan social network seperti facebook dan twiter sebagai sarana penjualan yang lain. Perbanyaklah teman dan follower, untuk memperluas pemasaran. Bisa juga dengan membuat blog gratis atau website yang berbayar dengan relatif terjangkau harganya. Gunakan penjualan yang kreatif yang hanya sedikit orang menjalaninya. Sebagai contoh bisa memanfaatkan munculnya fenomena “pasar kaget” di hampir setiap kota di Indonesia, juga saat ada momen “Car free day”, atau pada kesempatan Materi Kewirausahaan Pengolahan Makanan Awetan Nabati Prakarya SMA Kelas 10Sumber Buku Prakarya Kelas 10 .
  • 0vawmyw06b.pages.dev/298
  • 0vawmyw06b.pages.dev/37
  • 0vawmyw06b.pages.dev/291
  • 0vawmyw06b.pages.dev/264
  • 0vawmyw06b.pages.dev/150
  • 0vawmyw06b.pages.dev/202
  • 0vawmyw06b.pages.dev/266
  • 0vawmyw06b.pages.dev/123
  • 0vawmyw06b.pages.dev/391
  • perhitungan biaya makanan awetan dari bahan nabati