denganjudul Hunian Vertikal dan Community Mall dengan Konsep Co-Living di Kota Tangerang. Adapun buku konsep perencanaan dan perancangan tugas akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi serta dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Arsitektur pada Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik di Universitas
p> Abstract Vertical Housing still become the solution of fulfilling housing needs as dense and slum settlement spread, such as in Manggarai, South Jakarta. Vertical Housing which had been built in Jakarta which had to do a fast construction sometimes ignore the social and economic factors of occupants, as well as the impact of construction to environment. Therefore, the construction of Vertical Housing has to integrate the social, economic, and environmental factor. The problem of design is how to design a form of building such as space and building façade which able to facilitate activities and occupants’ need which is affected by site conditions and social life of occupants. This Vertical Housing aims to get spaces for activities and fulfilling the needs of occupants in the present and the future, and minimizing negative impacts of construction to environment. Design methode based on the concept of Sustainable Architecture because it considers the balancing of social, economic and environmental factors. The implementation of Sustainable Architecture is done by applying five S ustainable A rchitecture chosen aspects, such as sustainable site and land-use, sustainable energy, sustainable material, sustainable water, and sustainable community. These design aspects of Sustainable Architecture will result some concepts such as provision of shared social and economy spaces, green open spaces, the use of durable and eco-friendly materials, building façade responds to climate, and waste treatment system. Keywords Economic, Environment, Social, Sustainable Architecture, Vertical Housing

Seiringberjalannya waktu, konsep desain arsitektur sebuah bangunan selalu berubah sesuai perkembangan dan tren zaman. Setiap individu pun memiliki selera tersendiri terhadap konsep arsitektur rumah impian yang ingin ditinggali. Untuk tahun 2021, tren arsitektur juga mengalami perubahan karena adanya pandemi yang membuat orang lebih banyak beraktivitas dalam ruangan.
0% found this document useful 1 vote8K views9 pagesCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsPPTX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 1 vote8K views9 pagesKonsep Ruang Pada Hunian ArsitekturJump to Page You are on page 1of 9 You're Reading a Free Preview Pages 5 to 8 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. 1JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) ( X Print) G-111 Hunian Vertikal Sewa dengan Konsep Eko-modular Arsitek 1 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) ( X Print) G-111 Hunian Vertikal Sewa dengan Konsep Eko-modular Arsitek Home; Add Document; Sign In; KONSEP LOFT PADA HUNIAN KOTA STUDI KASUS: HUNIAN VERTIKAL Menurut Kostof, arsitektur telah mulai ada pada saat manusia mampu mengolah lingkungan hidupnya. Pembuatan tanda-tanda di alam yang membentang tak terhingga itu untuk membedakan dengan wilayah lainnya. Tindakan untuk membuat tanda pada suatu tempat itu dapat dikatakan sebagai bentuk awal dari arsitektur. Pada saat itu manusia sudah mulai merancang sebuat tempat. Bentuk arsitektur pada masa pra-aksara dapat dilihat dari tempat hunian manusia pada saat itu. Mungkin kita sulit membayangkan atau menyimpulkan bentuk rumah dan bangunan yang berkembang pada masa pra-aksara saat itu. Dari pola mata pencaharian manusia yang sudah mengenal berburu dan melakukan pertanian sederhana dengan ladang berpindah memungkinkan adanya pola pemukiman yang telah menetap. Gambar-gambar dinding goa tidak hanya mencerminkan kehidupan sehari- Sumber Harry Widianto dan Truman Simanjuntak. 2011. Jejak Langkah Setelah Sangiran. Jawa Tengah Balai Pelastarian Situs Manusia Purba Sangiran. hari, tetapi juga kehidupan spiritual. Cap-cap tangan dan lukisan di goa yang banyak ditemukan di Papua, Maluku, dan Sulawesi Selatan dikaitkan dengan ritual penghormatan atau pemujaan nenek moyang, kesuburan, dan inisiasi. Gambar dinding yang tertera pada goa-goa mengambarkan pada jenis binatang yang diburu atau binatang yang digunakan untuk membantu dalam perburuan. Anjing adalah binatang yang digunakan oleh manusia pra-aksara untuk berburu binatang. Bentuk pola hunian dengan menggunakan penadah angin, menghasilkan pola menetap pada manusia masa itu. Pola hunian itu sampai saat ini masih digunakan oleh Suku Bangsa Punan yang tersebar di Kalimantan. Bentuk hunian itu merupakan bagian bentuk awal arsitektur di luar tempat hunian di goa. Secara sederhana penadah angin merupakan suatu konsep tata ruangan yang memberikan secara implisit memberikan batas ruang. Pada kehidupan dengan masyarakat berburu yang masih sangat tergantung pada alam, mereka lebih mengikut ritme dan bentuk geografis alam. Dengan demikian konsep ruang mereka masih kurang bersifat geometris teratur. Pola garis lengkung tak teratur seperti aliran sungai, dan pola spiral seperti route yang ditempuh mungkin adalah citra pola ruang utama mereka. Ruang demikian belum m e n g u t a m a k a n arah utama. Secara sederhana dapatlah kita lihat bahwa, pada masa pra- aksara konsep tata ruang, atau yang saat ini kita kenal dengan arsitektur itu sudah mereka kenal. Sumber Harry Widianto dan Truman Simanjuntak. 2011. Jejak Langkah Setelah Sangiran. Jawa Tengah Balai Pelastarian Situs Manusia Purba Sangiran. Gambar Pola Lukisan tangan yang ditemukan di Indonesia No. 1 2 3 4 5 6 7 Nama Alat Kegunaan Daerah Temuan Gambar/Lukiskan Uji Kompetensi 1. Coba kamu diskusikan, mengapa manusia purba membuat peralatan dari bebatuan, kayu, dan tulang? 2. Peralatan yang dibuat oleh manusia purba dari batu dapat digunakan sebagai alat serba guna, coba jelaskan dan beri contoh! 3. Coba kamu inventarisir alat-alat manusia purba pada zaman batu dan masukkan ke dalam tabel di bawah ini 4. Setelah selesai mengisi tabel di atas, kamu lukiskan dalam bentuk peta persebaran peralatan manusia purba! Setelah membaca secara keseluruhan bab ini marilah kita sama-sama menyimpulkan nilai-nilai apa yang dapat dipetik dari kehidupan masa lalu itu untuk kehidupan pada masa kini dan masa mendatang. 1. Untuk mempelajari sejarah awal manusia ahli sejarah bergantung pada disiplin arkeologi, geologi dan biologi dan cabang-cabang ilmu lainnya. Masa pra-aksara terbentang dari penemuan manusia pertama di planet bumi ini hingga ditemukannya tulisan. Cerita sejarahnya mulai sejak sekitar atau barangkali sekitar tahun lalu. 2. Pengetahuan tentang kehidupan manusia pra-aksara menyediakan jawaban tentang asalusul manusia dan kemanusiaan, serta keberadaan manusia di dunia dalam mencapai impiannya dan rintangan-rintangan yang dihadapinya. Sebagai sebuah bangsa, pembelajaran mengenai kehidupan manusia pra-aksara hendaknya menggugah kita untuk memperbarui pertanyaan klasik seperti, dari manakah kita berasal dan bagaimana evolusi perjalanan hidup manusia di masa lalu hingga mencapai suatu tahap sejarah ke tahap berikutnya? 3. Semakin sadar kita tentang asal usul dan evolusi yang dijalani nenek moyang di masa lampau, hendaknya semakin ingat pula kita tentang tugas dan tanggung jawab sebagai seorang peserta didik yang akan membangun bangsa ini. 4. Nenek moyang orang Indonesia di masa lampau telah menjalani sejarah yang amat panjang dan berat dengan segala tantangan zaman yang dihadapi pada masanya. Mereka telah mengalami evolusi atau transformasi sedemikian rupa yaitu, dari nomaden ke kehidupan menetap, dari mengumpulkan makanan dan berburu menjadi penghasil bahan makanan, dari ketergantungan total pada alam dan teknologi dalam bentuk manual kepada upaya menciptakan alat yang kian lama kian canggih, dan dari hidup berkelompok berdasarkan sistem kepemimpinan primus interpares ke susunan masyarakat yang lebih teratur. Semua itu berlangsung dengan cara yang tak mudah dan memakan waktu yang lama, bahkan ribuan tahun. 5. Perubahan-perubahan itu tidak mengalir begitu saja, tetapi dimulai dari reflesi berpikir dan gagasan hasil interaksi mereka dengan alam sekitar. Kondisi lingkungan yang berat mengajarkan bagaimana, misalnya, membuat alat yang tepat untuk memecahkan persoalan yang dihadapi. Dalam masyarakat, generasi yang lebih tua meneruskan tradisi dan pengalaman kolektifnya kepada yang lebih muda. Dengan akumulasi pengalaman kolektif itu mereka belajar meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. 6. Pencapaian prestasi yang diraih manusia modern dewasa ini telah mengubah dunia dengan cara yang mungkin tak terbayangkan oleh nenek moyang mereka di masa silam. Kehidupan modern dibayar dengan harga besarnya energi yang telah dikuras oleh manusia, baik itu yang tidak terbarui antara lain minyak bumi, gas, dan batubara maupun yang terbarui air, kayu, hutan dan lain-lain. Karena itu, seorang ahli ilmu hayat Tim Flannery menyebut manusia Homo sapiens zaman modern berbeda dengan nenek moyang mereka, karena mereka tidak lain adalah “pemangsa masa depan”. Julukan ini tidak salah apabila kita menghitung kembali kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh eksploitasi manusia hingga saat ini. Bahkan, sumberdaya alami antara lain tambang mineral, bahan bakar fosil, keindahan alam, hutan tropis, dan sumber daya lautan yang seharusnya bukan menjadi hak manusia saat ini, tetapi warisan bagi anak- cucu di masa mendatang, sudah mulai dimanfaatkan atau malah sudah dimakan habis. 7. Kekayaan sumber kearifan lokal zaman pra-aksara menyediakan inspirasi dan sekaligus peringatan bagi generasi kita bagaimana hubungan harmoni antara manusia dan alam tidak perlu menimbulkan malapetaka bagi manusia lain. Kekayaan alam pikir manusia pra-aksara jelas merupakan kearifan lokal yang harus terus menerus digali lagi dan bukan diremehkan. Mitos- mitos tentang awal penciptaan dunia dan asal-usul manusia dengan cerita yang berbeda-beda di berbagai suku bangsa, tidak hanya mengandung nilai pelajaran di dalamnya, tetapi juga, kalau ditelusuri lebih jauh, membawa pesan-pesan rasional yang sering disampaikan secara simbolik. Maka, di saat manusia modern hidup semakin individualistik, semakin terasa pula kebutuhan untuk menegakkan nilai-nilai kearifan lokal. Entah itu yang namanya berupa gotong royong, kekeluargaan dan kebersamaan. Itulah kebiasaan nenek moyang, misalnya, dalam rangka membangun kampung, mendirikan bangunan- bangunan dari batu besar atau megalitik. Tidak jarang pula para pemimpin kelompok sosial mengadakan pesta jasa sebagai bukti bahwa mereka dapat memberikan kesejahteraan bagi anggota masyarakatnya. Semua anggota masyarakat ikut terlibat dan secara bersama-sama melaksanakan upacara- upacara. Masyarakat yang telah merasakan kesejahteraan yang diberikan pemimpin akan membalas jasa itu dengan bergotong royong mengangkut dan mendirikan batu tegak prasasti bagi pemimpinnya. Di masa lampau, sifat gotong royong itu, tidak saja terlihat dalam mendirikan bangunan megalitik tetapi juga untuk pendirian rumah, upacara syukuran panen, serta upacara kematian. Apa pun bentuknya, pengalaman kolektif manusia pra-aksara adalah akar tunggang dari budaya Nusantara, yang tentunya dapat memperkuat budaya Indonesia modern dalam mengarungi globalisasi abad ke-21 ini. Gambar Relief yang mengambarkan aktifitas pandai logam Sumber Bambang Budi Utomo. 2010 Atlas Sejarah Indonesia Masa Klasik Hindu-Buddha. Jakarta Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
diantaranya seperti penggunaan bukaan, tata ruang dalam, pencahayaan alami tiap ruang, dan psikologi pemilihan warna. Hal ini merupakan bagian dari konsep Arsitektur Tropis Nusantara pada unit hunian untuk MBR. 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai ialah untuk mengevaluasi penerapan konsep Arsitektur
Konsep Ruang pada Hunian Arsitektur – Menurut Kostof, arsitektur telah mulai ada pada saat manusia mampu mengolah lingkungan hidupnya. Pembuatan tanda-tanda di alam yang membentang tak terhingga itu untuk membedakan dengan wilayah lainnya. Tindakan untuk membuat tanda pada suatu tempat itu dapat dikatakan sebagai bentuk awal dari arsitektur. Pada saat itu manusia sudah mulai merancang sebuat tempat. Bentuk arsitektur pada masa pra-aksara dapat dilihat dari tempat hunian manusia pada saat itu. Mungkin kita sulit membayangkan atau menyimpulkan bentuk rumah dan bangunan yang berkembang pada masa pra-aksara saat itu. Dari pola mata pencaharian manusia yang sudah mengenal berburu dan melakukan pertanian sederhana dengan ladang berpindah memungkinkan adanya pola pemukiman yang telah menetap. Gambar-gambar dinding goa tidak hanya mencerminkan kehidupan sehari-hari, tetapi juga kehidupan spiritual. Cap-cap tangan dan lukisan di goa yang banyak ditemukan di Papua, Maluku, dan Sulawesi Selatan dikaitkan dengan ritual penghormatan atau pemujaan nenek moyang, kesuburan, dan inisiasi. Gambar dinding yang tertera pada goa-goa mengambarkan pada jenis binatang yang diburu atau binatang yang digunakan untuk membantu dalam perburuan. Anjing adalah binatang yang digunakan oleh manusia pra-aksara untuk berburu binatang. Bentuk pola hunian dengan menggunakan penadah angin, menghasilkan pola menetap pada manusia masa itu. Pola hunian itu sampai saat ini masih digunakan oleh Suku Bangsa Punan yang tersebar di Kalimantan. Bentuk hunian itu merupakan bagian bentuk awal arsitektur di luar tempat hunian di goa. Secara sederhana penadah angin merupakan suatu konsep tata ruangan yang memberikan secara implisit memberikan batas ruang. Pada kehidupan dengan masyarakat berburu yang masih sangat tergantung pada alam, mereka lebih mengikut ritme dan bentuk geografis alam. Dengan demikian konsep ruang mereka masih kurang bersifat geometris teratur. Pola garis lengkung tak teratur seperti aliran sungai, dan pola spiral seperti route yang ditempuh mungkin adalah citra pola ruang utama mereka. Ruang demikian belum m e n g u t a m a k a n arah utama. Secara sederhana dapatlah kita lihat bahwa, pada masa pra-aksara konsep tata ruang, atau yang saat ini kita kenal.[pi] Post navigation
Konsepruang pada arsitektur modern identik dengan bersifat kubisme. Format itu, konsep ruang haruslah bersifat efisien dan fleksibel. Kombinasi format, ruang, dan konstruksi itulah yang pada akhirnya menjadikan fungsi rumah untuk manusia masa sekarang. Dimana fungsi rumah dianalogikan sebagai mesin untuk daerah tinggal yang murah, mudah
Manusia purba zaman Paleolitik benar-benar nomaden, tinggal di gubuk sederhana dari kayu dan daun. Sementara pada zaman mesolitik sudah mulai menetap agak lama di dalam goa-goa yg namanya Abris Sous Roche
motorteletak pada lantai 1 massa bangunan dan dapat juga digunakan sebagai ruang bersama. Gambar 5.16 Konsep Parkir Mobil Pada Bagian Timur Tapak 5.11. Konsep Utilitas Rencana instalasi utilitas bangunan terletak pada bagian luar bangunan agar memudahkan dalam pemeliharaan serta sebagai elemen estetika. 5.11.1. Sistem Instalasi Air 1. Foto Motomo Karya Persada Beberapa penelitian menunjukkan bahwa eksploitasi sumber daya alam dapat berujung pada kepunahan massal ke-6 di planet ini. Sebagai salah satu cara untuk mengatasinya, dibuatlah bangunan berkelanjutan dengan memakai konsep arsitektur hijau. Lalu, apa itu arsitektur hijau? Singkatnya, arsitektur hijau adalah sebuah konsep yang berusaha meminimalisasi perusakan terhadap lingkungan. Caranya adalah dengan membuat bangunan yang ramah lingkungan lewat pemanfaatan sumber energi dan sumber daya alam secara efisien. Meskipun memiliki embel-embel berkelanjutan, konsep arsitektur ini tidak berarti meninggalkan semua kemajuan yang telah kita nikmati di abad ke-21. Konsep ini justru merangkul teknologi baru untuk membawa dampak yang lebih positif kepada alam sekitar. Prinsip Arsitektur Hijau dalam Bangunan Foto Unsplash Saat dunia bermigrasi menuju masa depan yang berkelanjutan, arsitek pun berlomba-lomba membuat bangunan yang ramah lingkungan. Untuk mewujudkannya, desain tersebut berpedoman pada beberapa prinsip arsitektur hijau di bawah ini Efisien dalam Menggunakan Energi Prinsip pertama adalah efisiensi energi, di mana contoh penerapannya adalah pemanfaatan sumber energi alternatif dan berkelanjutan seperti angin dan matahari. Bangunan hijau juga dibuat dengan desain yang menjaga aliran udara dan pencahayaan alami untuk mengurangi kebutuhan pemanas dan penyejuk udara. Bicara soal efisiensi energi, rumah di Springhill Yume Lagoon dan Podomoro Golf View juga menawarkan konsep serupa. Jika kamu sedang mencari hunian bergaya modern dan ramah lingkungan di dekat Jakarta, bisa cek dua perumahan tersebut. Mengurangi Pemakaian Air Bangunan yang berkelanjutan juga berusaha untuk menjaga ekologis demi melindungi kualitas air di sekitar bangunan. Prinsip ini memastikan bahwa air digunakan, dimurnikan, dan digunakan kembali selama masa konstruksi bangunan. Efisien dalam Penggunaan Lahan Efisiensi penggunaan lahan berkaitan dengan desain arsitektur yang mendorong pengembangan bangunan secara kompak dan lebih fungsional. Secara khusus, prinsip ini bertujuan untuk mencegah degradasi lahan selama konstruksi. Lebih luas lagi, prinsip ini juga membantu konservasi sumber daya alam, peningkatan kualitas air dan udara, serta melindungi ekosistem dan keanekaragaman hayati. Baca juga Syarat Rumah Hijau untuk Hidup Lebih Sehat Biaya Pembangunan dan Perawatan yang Lebih Rendah Biaya operasional dan konstruksi dari sebuah bangunan terbukti cukup tinggi dan menuntut material bangunan dalam jumlah besar. Untuk itu, desain bangunan hijau memfasilitasi penggunaan bahan dan teknik konstruksi yang dapat mengurangi biaya tersebut hingga lebih dari setengahnya. Prinsip ini juga memprioritaskan penggunaan tanaman dan bahan-bahan daur ulang seperti batu hingga logam. Menjamin Kualitas Lingkungan dalam Ruangan Sudah tentu kalau bangunan hijau akan mengurangi limbah yang dihasilkan selama proses pembangunannya. Tak hanya itu, arsitektur hijau juga berusaha untuk menjaga kualitas lingkungan di dalam ruangan. Perancangan hunian atau bangunan publik dengan konsep ini akan melibatkan desain interior yang nyaman dengan sistem ventilasi yang baik. Salah satu contohnya bisa ditemukan di Grand Wisata Bekasi, yang menyajikan rumah full furnished dengan desain interior apik dan ramah lingkungan. 9 Ciri Bangunan Hijau yang Wajib Diketahui Foto When On Earth Nah, jika sebelumnya kita membahas prinsip-prinsip dari konsep arsitektur hijau, sekarang saatnya melihat beberapa karakteristik dari bangunan berkelanjutan Bangunan hijau tidak dibangun di atas lokasi seperti pinggiran hutan atau kawasan yang mudah longsor atau banjir. Terintegrasi dengan angkutan umum demi mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Melindungi dan memelihara habitat alami, mengurangi polusi dan penggunaan sumber daya alam, serta memfasilitasi interaksi dengan alam. Penggunaan air yang efisien. Mengurangi konsumsi energi dan lebih mengutamakan energi terbarukan. Memakai sistem daur ulang, menggunakan bahan yang berkelanjutan, dan menghemat sumber daya sebanyak mungkin selama konstruksi. Meningkatkan kualitas ruang bagi penghuni bangunan, seperti menjaga kebersihan udara, kontrol panas, hingga mengurangi polusi suara. Bangunan berkelanjutan biasa mengadopsi desain yang inovatif selama konstruksinya. Meningkatkan kualitas lingkungan sekaligus kesehatan masyarakat yang ada di sekitarnya. Cara Mudah Menerapkan Konsep Hijau ke Dalam Hunian Foto Unsplash Seperti diketahui, bangunan hijau atau berkelanjutan adalah bangunan yang dapat mempertahankan, atau bahkan meningkatkan kualitas lingkungan di sekitarnya. Beberapa contohnya dapat ditemukan di Indonesia, misalnya Sampoerna Strategic Square dan Gedung DUSASPUN. Sejujurnya, kamu juga dapat menerapkan konsep satu ini ke dalam hunian. Beberapa caranya adalah Gunakan material alami seperti batu bata, kayu dan bambu. Alih-alih memakai material plastik, manfaatkakan material daur ulang dalam ornamen dan furniture rumah. Tambah bukaan jendela untuk memaksimalkan udara dan pencahayaan alami. Perbanyakan vegetasi hijau di rumah. Bisa dengan menaruh tanaman dalam rumah atau membuat urban farming dan taman vertikal. Kurangi penggunaan kaca karena efek rumah kaca memiliki dampak negatif bagi kelestarian alam. Pertimbangkan memakai panel surya sebagai sumber energi cadangan. Setiap orang dapat memperoleh manfaat dari pengurangan konsumsi energi dan peningkatan ruang yang diciptakan oleh arsitektur hijau. Temukan juga beragam pilihan hunian sehat dan ramah lingkungan hanya di Rumah123, seperti perumahan hijau, rumah asri, dan rumah halaman luas. Semoga bermanfaat! MengenalMakna Konsep & Ciri Khas Desainnya. Rustic adalah istilah yang mungkin sering Anda dengar akhir-akhir ini. Baik dalam konsep acara maupun arsitektur desain, rustic adalah suatu konsep yang tampaknya tengah menjadi tren terutama di kalangan pecinta konsep minimalis dengan tampilan natural sederhana apa adanya. Ilustrasi Konsep Ruang pada Hunian. Foto PixabayPernahkah terlintas di benak kalian jika pola hunian kita saat ini tidak luput dari pemikiran manusia di zaman dulu?Dalam buku Sejarah Indonesia Kelas X SMA/SMK oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sebuah data etnografi menunjukkan jika kehidupan manusia praaksara memengaruhi kehidupan saat pada pola hunian, pola pertanian yang subsisten, teknologi tradisional, konsepsi kepercayaan hubungan antara manusia dengan alam, serta kebiasaan dalam memelihara hewan contoh di atas menunjukkan aktivitas manusia yang berkembang dari waktu ke waktu. Salah satunya juga terdapat dalam konsep ruang hunian manusia dari zaman praaksara hingga saat apa yang dimaksud dengan konsep ruang pada hunian? Bagaimana penerapannya pada zaman praaksara? Simak ulasannya berikut Ruang pada HunianMenurut Spiro Kostof dalam buku The Architect Chapters in The History of the Profession, arsitektur telah ada pada saat manusia memiliki kemampuan dalam mengolah lingkungan tanda di alam ditujukan untuk membedakan wilayah yang satu dengan wilayah lainnya. Tindakan pada suatu wilayah tersebut dikatakan sebagai awal mula arsitektur. Dalam kondisi itu, manusia purba sudah bisa merancang tempat tinggal mereka buku Sejarah Indonesia Kelas X SMA/SMK oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, bentuk arsitektur pada masa praaksara ditandai dengan kemungkinan adanya pola hunian yang tersebut berkaitan erat dengan pola mata pencaharian manusia purba yang telah mengenal sistem berburu dan pertanian sederhana dengan ladang dinding-dinding gua sebagai tempat tinggal mereka, ditemukan cap tangan dan lukisan yang memiliki makna tertentu. Misalnya, menggambarkan kehidupan sehari-hari maupun kehidupan gambar yang menunjukkan kehidupan sehari-hari berupa jenis binatang yang diburu atau digunakan untuk membantu perburuan. Di zaman itu, anjing berfungsi sebagai binatang pemburu oleh manusia gambar yang bersifat kegiatan spiritual memiliki makna penghormatan dan pemujaan terhadap nenek moyang, kesuburan, serta proses inisiasi. Cap tangan atau lukisan pada dinding gua banyak ditemukan di wilayah Papua, Maluku, dan Sulawesi zaman praaksara, pola hunian menggunakan penadah angin yang menunjukkan pola permukiman menetap. Penggunaan penadah angin menjadi salah satu konsep tata ruangan sekaligus menjadi batas permukiman ini ditemui pada masyarakat Suku Punan di Kalimantan. Bentuk hunian tersebut menjadi bagian bentuk awal arsitektur di luar gua sebagai hunian masyarakat berburu dan meramu, konsep ruang dalam hunian belum berbentuk geometris. Hal ini karena mereka masih mengikuti bentuk geografis di sekitar tempat demikian, konsep ruang dan tata ruang pada hunian telah ditemukan pada zaman praaksara. Dalam perkembangannya, ini bisa diterapkan dalam bidang arsitektur. Konsep ini juga terus mengalami kemajuan sesuai kebutuhan manusia yang dinamis. .
  • 0vawmyw06b.pages.dev/77
  • 0vawmyw06b.pages.dev/367
  • 0vawmyw06b.pages.dev/179
  • 0vawmyw06b.pages.dev/207
  • 0vawmyw06b.pages.dev/340
  • 0vawmyw06b.pages.dev/26
  • 0vawmyw06b.pages.dev/87
  • 0vawmyw06b.pages.dev/88
  • 0vawmyw06b.pages.dev/103
  • konsep ruang pada hunian arsitektur